Penerapan Teknologi 4G/LTE Terkendala Frekuensi
Warning: Narcism Detected :p
https://tekno.kompas.com/read/xml/2010/03/05/19462245/penerapan.teknologi.4glte.terkendala.frekuensi
Jumat, 5 Maret 2010 | 19:46 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com - Jika kini kita mengenal teknologi broadband 3G, sebentar lagi era teknologi Long Term Evolution (LTE) atau yang akan sering disebut 4G akan datang. Kecepatan tinggi dalam berselancar di internet, video call, hingga aplikasi internet di berbagai device dengan lancar bukan impian lagi.
LTE adalah teknologi mobile broadband dengan kecepatan rata-rata 20-40 Mbps dan maksimum 150 Mbps. Teknologi ini akan menjadi teknologi mobile broadband terakhir setelah HSPA Evolution yang kita kenal sekarang ini. Indra dari Ericsson Indonesia mengatakan teknologi LTE memang catatan kecepatannya tidak jauh berbeda dengan teknologi HSPA+ yang berkecepatan sampai 21 Mbps.
"Memang enggak jauh berbeda tapi lebih efisien karena yang 21 Mbps itu susah dicari networknya," tuturnya di Technology Corner Ericsson Indonesia di Hotel Sheraton Bandung, Jumat (5/3/2010).
Tak hanya bagi pengguna, teknologi ini juga menguntungkan bagi operator karena LTE seperti jalan tol yang mampu memuat apa saja program dan aplikasi yang ada untuk disampaikan kepada pengguna. Dengan sekali investasi, hasil yang diperoleh berkualitas tinggi dan efisien. "Kalau sudah 4G, apapun aplikasi bisa kita masukkan," tegas Customer Technology Director Ericsson Indonesia Ronni Nurmal.
Ronni menambahkan peluang penggunaan IPTV, serta aplikasi seperti internet banking dan telemedicine akan makin mudah dan cepat.
Masih Terkendala
Saat ini, Ericsson sudah menandatangani kontrak dengan enam operator telepon seluler di dunia untuk LTE, yaitu AT&T, Verizon dan MetroPCS dari Amerika Serikat, Teliasonera dari Norwegia dan Swedia serta DoCoMo dari Jepang.
Di Indonesia sendiri pemerintah menargetkan implementasi telekomunikasi 4G pada tahun 2013. Namun, harapannya masih samar karena frekuensi area 4G sudah dijual pemerintah kepada sejumlah televisi berlangganan.
"Kalau benar-benar mau diimplementasikan, Depkominfo harus menata ulang frekuensi. Televisi berlangganan juga pasti tak mungkin mau begitu saja karena mereka sudah bayar mahal," tutur Core and IMS Ericsson Indonesia Sigit Priyanggoro.